Playgirl Of The Year

Orang bilang,waktu kau beranjak tua, ingatanmu akan semakin menurun. Tapi,mereka salah! Orang tua justru semakin banyak mengingat hal – hal yang pernah mereka lakukan dalam hidupnya. Memutar kembali film kehidupan dalam benak mereka dengan warna sephia atau hitam putih. Orang tua bernostalgia dan mengingat kenangan – kenangan manis, atau seringkali kenangan – kenangan pahit, nostalgia tentang cinta....

Eva, istriku yang kucintai dari masa mudaku sampai sekarang, yang kukenal setiap lekuk tubuhnya, setiap gerakan tangannya,arti senyumnya dan apa yang dipikirkannya.

Eva, yang kukenal sejak masa mudaku dan masa mudanya.
Pertemuan kami bagaikan kisah Cinderela, walaupun kisah cinta kami jauh dari dongeng. Eva pertama kali muncul di hadapanku dengan muka kotor dan bertelanjang kaki,baju kumal yang entah sudah dipakai turun temurun berapa orang dan rambut yang...yah, 3 botol sampo pun tak akan cukup untuk mengurainya. Dengan mata setengah berharap dan setengah takut, dia memandang mataku dan berdiri di hadapanku.

Aku? Aku adalah seorang pria muda dengan pakaian rapih dan menjalankan usaha keluarga yang sangat sukses. Kami tak mungkin bisa lebih berbeda lagi. Seandainya pertemuan pertama kami dilukis,maka lukisan diriku dan dirinya tak akan pernah berada dalam 1 kanvas yang sama, dipajang dalam 1 ruangan yang sama,atau bahkan kota yang sama,bahkan mungkin di bumi yang sama.

Tapi, cinta adalah cinta,sejauh apapun perbedaan kami. Kugandeng tangannya, dan walaupun mukanya terkejut dan bagaikan orang yang bermimpi,kami melangkah pulang ke rumahku.

Aku sendiri yang membawanya dan menungguinya di salon. Dengan tanganku sendiri kusentuh setiap bahan kain yang akan menjadi pakaiannya. Dan dengan mataku kuteliti setiap kilau perhiasan yang akan menghiasi jari tangan,lekukan leher dan daun telinganya. Dan sementara tangannya memegang sendok dan garpu penuh harap,dengan kedua tanganku sendiri kumasak makan malam untuk kami berdua.

Eva...betapa ku mencintaimu...dan apapun masa lalumu, darimanapun kau berasal, kusematkan cincin pernikahan itu di jari manisnya. Dan dengan memandang wajahnya, kuucapkan janji dan komitmen itu, janji setia untuk bersamanya selamanya, apapun....apapun!...yang terjadi. Dengan bangga kuperkenalkan dirinya pada semua orang sebagai istriku. Dan semua orang memujinya dan menyebutnya mempelai yang berbahagia.

Seandainya bulan madu kami berlangsung selamanya,seandainya waktu berhenti bagaikan foto pernikahan kami yang hanya menangkap momen – momen bahagia dan kemesraan.
Tapi, kau berubah ,Eva... kau tersenyum di hadapanku tapi matamu bermimpi dan pikiranmu melayang ke dunia lain, kau mendengar ceritaku di siang hari tapi menyelinap keluar di malam hari.
Aku tahu siapa yang kau mimpikan dan kemana kau pergi, Eva. Kau kembali ke jalan dan bercumbu dengan pria dari masa lalumu!!
Tapi kau hanya tersenyum dan berkata kalau itu hanya cinta semalam. Dan aku memaafkanmu....

Tapi..matamu masih bermimpi, Eva...dan tanganmu menyembunyikan sesuatu dari mataku. Dengan mengendap – endap kau pergi membawa perhiasanmu, perhiasan yang kupilihkan dengan tanganku sendiri untukmu! Perhiasan yang kupilih untuk mempercantik dirimu! Perhiasan yang sekarang kauberikan pada kekasih barumu untuk menghabiskan malam di ranjangnya.
Dan aku memaafkamu karena aku mencintaimu..

Kini, matamu tidak lagi bermimpi...karena kau tidak lagi merasa perlu untuk memimpikan kekasih gelapmu...karena kini kau membawanya ke rumahku...rumahku!! Dan bermesraan di depan mataku, di depan mata anak- anak kita..dan kau membayarnya dengan uangku.
Sejauh mana kau akan menyakitiku, Eva? Sampai kapan kau akan merayu pria – pria dari jalan dan bersetubuh di rumahku? Sampai bila kau akan mempermalukan namaku sebagai suamimu? Betapa malu dan murkaku, kekasih yang kupungut dari jalan, yang kukasihi dan kuberikan janji setiaku,yang walaupun terbuang tapi kujadikan keluargaku sendiri, kini tanpa malu berlaku mesra dengan kekasih gelapnya, berselingkuh di depan mataku dan dengan bangga mempertontonkannya pada dunia. Kau disebut orang mempelai yang berbahagia, tapi aku adalah mempelai yang dikhianati dan dipermalukan.

Tapi, Eva...kau adalah cintaku, denganmu aku mengikat janji setiaku, kau adalah mempelai dan keluargaku. Dan karena cinta dan janji setiaku,aku memaafkanmu dan mengubur sakit hatiku. Dan sekalipun dunia menghinaku dan menganggapku bodoh, kau adalah mempelaiku.


Cerita di atas adalah versi dramatisasi,hiperbolisasi dan sinetronisasi dari Yehezkiel 16 tentang Yerusalem yang tidak setia dan Allah yang tetap setia pada janjinya. Berkali-kali umatnya berselingkuh dan memuja allah lain, tapi Tuhan mengingat janjinya dan memaafkan umatnya. Dan walaupun bagi orang yang mengenalNYA pasal ini adalah kisah kasih dan kesetiaan Tuhan, bagi dunia kisah ini adalah kebodohan.

Isaac Asimov adalah seorang penulis kisah science fiction yang terkenal, terutama karena kisah-kisahnya mengenai robot. Asimov juga adalah orang yang merumuskan 3 hukum dasar robot. Dan Asimov adalah seorang atheis walaupun mungkin bukan dalam artian atheis yang umum dikenal. Bagi Asimov, tuhan seharusnya adalah tuhan yang mengharagai perbuatan baik manusia. Bagi Asimov, seorang atheis yang hidup benar adalah lebih baik dan lebih pantas masuk surga daripada seorang pendeta yang berkata Tuhan,Tuhan,Tuhan tapi hidupnya penuh kemunafikan.

Dan sejujurnya, saya tergoda untuk setuju dengan dia. Seorang atheis yang berbuat baik lebih bagus daripada seorang Kristen yang cuma bisa ngomong doang kan ? Masa iya orang baik masuk neraka tapi orang jahat masuk surga? Pendapat Asimov benar kan?
Salah! Kasih dan penerimaan Tuhan tidak ada hubungannya dengan perbuatan baik kita!
Kita diterima bukan karena kita baik,tapi karena Tuhan yang menerima kita, yang mengikat janji dengan kita,yang mengangkat kita menjadi keluargaNYA,mempelaiNYA,anak-anakNYA laki-laki dan perempuan.

Rumah Tuhan bukanlah hotel, dimana setiap orang yang sanggup membayar bisa tinggal dan mendapat pelayanan yang lebih bagus selama memberi uang tip. Tuhan bukanlah pria berpakaian jas berkumis licin yang menyambut tamu di pintu masuk hotel, membawakan koper dan menerima tip,berjalan hilir mudik membawa jus jeruk sementara tamu hotel bersantai di kolam renang surga.

Rumah Tuhan adalah....well,rumah. Rumah yang didiami sebuah keluarga dan tentunya hanya yang termasuk dalam keluarga boleh tinggal di rumah itu. Dan dalam sebuah keluarga, tidak masalah apakah anggota keluarga itu baik atau tidak, selama dia anggota keluarga,dia boleh tinggal di sana. Sekalipun seorang anak mendapat ranking 50 sementara anak tetangga mendapat ranking 1, bukan berarti anak tetangga yang boleh masuk rumah sementara anak sendiri diusir.

Dan seperti cerita di atas, Tuhan menerima kita karena Dia mengikat janji dengan kita dan kita menerima janjiNYA, karena kita kini mempelaiNYA dan keluargaNYA,bukan karena apa yang kita lakukan.

PS : nama Eva cuman asal comot ya,kalo ada yang namanya sama ya salahin ortu yang ngasih nama,jangan salahin saya.